Reo dan July adalah sepasang kekasih yang serasi
walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya.
Keluarga July berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan
keluarga Reo hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan
kehidupannya pada tanah sewaan.
Dalam kehidupan mereka berdua, Reo sangat
mencintai July. Reo telah melipat 1000 buah burung kertas untuk July dan July
kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya. Dalam tiap
burung kertas tersebut Reo telah menuliskan harapannya kepada July. Banyak
sekali harapan yang telah Reo ungkapkan kepada July. “Semoga kita selalu saling
mengasihi satu sama lain”,”Semoga Tuhan melindungi July dari bahaya”,”Semoga
kita mendapatkan kehidupan yang bahagia”,dsb. Semua harapan itu telah
disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada July.
Suatu hari Reo melipat burung kertasnya yang ke
1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat
berbeda dengan burung-burung kertas yang lain. Ketika memberikan burung kertas
ini, Reo berkata kepada July: “ July, ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam
burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku
dan kamu. Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita
dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita
berdua ! “
Saat mendengar Reo berkata demikian, menangislah
July. Ia berkata kepada Reo : “ Reo, senang sekali aku mendengar semua itu,
tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah denganmu karena aku
butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku!” Saat mendengar itu Reo pun
bak disambar geledek. Ia kemudian mulai marah kepada July. Ia mengatai July
matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Reo meninggalkan
July menangis seorang diri.
Reo mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad
dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap July dijadikannya
cambuk untuk maju dan maju. Dalam Sebulan usaha Reo menunjukkan hasilnya. Ia
diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja dan dalam setahun ia telah
diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafide dan tak lama kemudian
ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu. Sekarang tak seorangpun tak kenal
Reo, ia adalah bintang kesuksesan.
Suatu hari Reo pun berkeliling kota dengan mobil
barunya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam
derasnya hujan. Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Reo pun
penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa
suami istri itu adalah orang tua July. Reo mulai berpikir untuk memberi
pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat
kuat. Reo membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua July.
Reo sangat terkejut ketika didapati orang tua
July memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin
terkejut ketika ia mendapati foto July dalam makam itu. Reo pun bergegas turun
dari mobilnya dan berlari ke arah makam July untuk menemui orang tua
July.
Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Reo.
Orang tua July pun berkata kepada Reo :”Reo, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan July yang terkena kanker rahim ganas. July menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.” Orang tua July menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Reo.
Reo membaca surat itu. “Reo, maafkan aku. Aku
terpaksa membohongimu. Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin
disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku
lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh
keputusasaan yang akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua tabiatmu
Reo, karena itu aku lakukan ini. Aku mencintaimu Reo………………………….
July “ Setelah membaca surat itu, menangislah
Reo. Ia telah berprasangka terhadap July begitu kejamnya. Ia pun mulai
merasakan betapa hati July teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya
matre, kejam dan tak berperasaan. Ia merasakan betapa July kesepian seorang
diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa July mengharapkan
kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu. Tetapi ia lebih memilih untuk
menganggap July sebagai orang matre tak berperasan.July telah berkorban
untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran.
“Cinta bukanlah sebuah pelukan atau ciuman tetapi cinta adalah pengorbanan
untuk orang yang sangat berarti bagi kita”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar