Rabu, 13 Juni 2012

orang tua kita ibarat pohon apel

ORANG TUA KITA

            Pada masa lampau, ada sebuah pohon apel yang sangat besar. Seorang anak laki-laki senang datanng dan bermain disekitar pohon apel itu. Ia memanjat puncak pohon, makan apel dan tidur dibawah keteduhan pohon apel itu… ia mencintai pohon itu dan pohon sangat senang bermain dengannya. Waktu berlalu… anak laki-laki kecil itu telah tumbuh dewasa dan ia tidak lagi bermain disekitar pohon apel setiap hari.
            Suatu hari, anak itu datang lagi pada pohon apel dan ia terlihat sedih. “kemari dan bermainlah denganku,” Tanya pohon pada anak itu. “aku tidak lagi anak kecil, aku tidak bermain disekitar pohon lagi. Aku ingin mainan. Aku butuh uang untuk membelinya, “jawab anak itu.
            Pohon berkata, “maaf, tetapi aku tidak mempunyai uang … tetapi kamu bisa mengambil semua apelku dan menjualnya. Sehingga kamu akan mempunyai uang. “anak itu begitu senang, ia mengambil semua apel dipohon dan pergi dengan perasaan bahagia. Anak itu tidak pernah kembali setelah memetik semua apel. Pohon apel itu sedih.
            Suatu hari, anak itu kembali dan si pohon sangat senang melihatnya. “kemarilah dan bermain bersamaku,” kata si pohon. Anak itu menjawab, “aku tidak punya waktu untuk bermain, aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk berlindung. Bisakah kamu membantuku?” maaf, aku tidak mempunyai sebuah rumah. Tetapi kamu bisa memotong cabang-cabangku untuk membangun rumahmu.” Lalu anak itu memotong semua cabang pohon dan pergi dengan perasaan bahagia. Si pohon senang melihat anak itu gembira tetapi ia tidak pernah kembali lagi sejak itu. Lagi si pohon kesepian dan sedih.
            Suatu hari dimusim panas, anak itu kembali dan pohon apel selalu senang melihatnya. “kemarilah dan bermain bersamaku!” ajak sipohon. “aku sedih semakin tua. Aku ingin pergi berlayar membuatku relaks. Bisakah kamu memberikan aku sebuah perahu?” kata sianak. “gunakan batangku untuk membuat perahumu, kamu bisa berlayar jauh dan bersenang-senang.” Lalu anak itu menebang pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan tidak kembali lagi untuk waktu yang sangat lama.
            Akhirnya, anak itu kembali lagi setelah pergi selama bertahun-tahun. “maaf, anakku, aku tidak mempunyai sesuatu lagi untukmu. Tidak ada apel lagi untukmu ..,” pohon itu berkata. “aku tidak mempunyai gigi lagi untuk menggigit,” anak itu menjawab. “tidak ada lagi batang pohon yang bisa kamu panjat”, “aku terlalu tua untuk itu sekarang,” anak itu menjawab. “aku benar-benar tidak bisa memberimu sesuatu lagi… satu hal yang tersisa adalah akarku yang sekarat,” kata pohon itu dengan berlinang air mata. “aku tidak butuh sesuatu sekarang. Aku hanya menginginkan tempat untuk beristirahat. Aku lelah,” jawab anak itu. Bagus! Akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk bersandar dan beristirahat. Kemari, kemarilah duduk bersamaku dan beristirahat.” Anak itu duduk dan pohon merasa gembira tersenyum berurai air mata …

            Pohon tersebut adalah orang tua kita, kita senang bermain dengan ayah dan ibu … ketika dewasa kita hanya datang pada mereka saat kita membutuhkan sesuatu atau ketika kita mempunyai masalah. Tidak jadi masalah, orang tua akan selalu berada disana dan memberi segala yang mereka bisa untuk membuatmu bahagia. Anda mungkin berpikir anak tadi itu jahat dan kejam pada pohon apel tetapi itulah bagaimana kita semua memperlalukan orang tua kita.

1 komentar:

pengunjung