Minggu, 04 November 2012

sebuah botol minyak


Seorang ibu menyuruh seorang anaknya membeli sebotol penuh minyak. Ia memberikan sebuah botol kosong dan uang sepuluh rupee. Kemudian anak itu pergi membeli apa yang diperintahkan ibunya. Dalam perjalanan pulang, ia terjatuh. Minyak yang ada di dalam botol itu tumpah hingga separuh. Ketika mengetahui botolnya kosong separuh, ia menemui ibunya dengan menangis, “Ooo… saya kehilangan minyak setengah botol! Saya kehilangan minyak setengah botol!” Ia sangat bersedih hati dan tidak bahagia. Tampaknya ia memandang kejadian itu secara negatif dan bersikap pesimis.
Kemudian, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee lagi. Kemudian anaknya pergi. Dalam perjalanan pulang, ia juga terjatuh. Dan separuh minyaknya tumpah. Ia memungut botol dan mendapati minyaknya tinggal separuh. Ia pulang dengan wajah berbahagia. Ia berkata pada ibunya, “Ooo… ibu saya tadi terjatuh. Botol ini pun terjatuh dan minyaknya tumpah. Bisa saja botol itu pecah dan minyaknya tumpah semua. Tapi, lihat, saya berhasil menyelamatkan separuh minyak.” Anak itu tidak bersedih hati, malah ia tampak berbahagia. Anak ini tampak bersikap optimis atas kejadian yang menimpanya.
Sekali lagi, ibu itu menyuruh anaknya yang lain untuk membeli sebotol minyak. Ia memberikan sebuah botol dan uang sepuluh rupee. Anaknya yang ketiga pergi membeli minyak. Sekali lagi, anak itu terjatuh dan minyaknya tumpah. Ia memungut botol yang berisi minyak separuh dan mendatangi ibunya dengan sangat bahagia. Ia berkata, “Ibu, saya menyelamatkan separuh minyak.”
Tapi anaknya yang ketiga ini bukan hanya seorang anak yang optimis. Ia juga seorang anak yang realistis. Dia memahami bahwa separuh minyak telah tumpah, dan separuh minyak bisa diselamatkan. Maka dengan mantap ia berkata pada ibunya, “Ibu, aku akan pergi ke pasar untuk bekerja keras sepanjang hari agar bisa mendapatkan lima rupee untuk membeli minyak setengah botol yang tumpah. Sore nanti saya akan memenuhi botol itu.”
Kita bisa memandang hidup dengan kacamata buram, atau dengan kacamata yang terang. Namun, semua itu tidak bermanfaat jika kita tidak bersikap realistis dan mewujudkannya dalam bentuk KERJA.

readmore »»  

kisah insfiratif


Ada seseorang saat melamar kerja, memungut sampah kertas di lantai ke dalam tong sampah, dan hal itu terlihat oleh peng-interview, dan dia mendapatkan pekerjaan tersebut. Ternyata untuk memperoleh penghargaan sangat mudah, cukup memelihara kebiasaan yang baik.
Ada seorang anak menjadi murid di toko sepeda. Suatu saat ada seseorang yang mengantarkan sepeda rusak untuk diperbaiki di toko tersebut. Selain memperbaiki sepeda tersebut, si anak ini juga membersihkan sepeda hingga bersih mengkilap. Murid-murid lain menertawakan perbuatannya. Keesokan hari setelah sang empunya sepeda mengambil sepedanya, si adik kecil ditarik/diambil kerja di tempatnya. Ternyata untuk menjadi orang yang berhasil sangat mudah, cukup punya inisiatif sedikit saja
Seorang anak berkata kepada ibunya: “Ibu hari ini sangat cantik. Ibu menjawab: “Mengapa? Anak menjawab: “Karena hari ini ibu sama sekali tidak marah-marah. Ternyata untuk memiliki kecantikan sangatlah mudah, hanya perlu tidak marah-marah.
Seorang petani menyuruh anaknya setiap hari bekerja giat di sawah. Temannya berkata: “Tidak perlu menyuruh anakmu bekerja keras, Tanamanmu tetap akan tumbuh dengan subur. Petani menjawab: “Aku bukan sedang memupuk tanamanku, tapi aku sedang membina anakku. Ternyata membina seorang anak sangat mudah, cukup membiarkan dia rajin bekerja.
Seorang pelatih bola berkata kepada muridnya: “Jika sebuah bola jatuh ke dalam rerumputan, bagaimana cara mencarinya? Ada yang menjawab: “Cari mulai dari bagian tengah.” Ada pula yang menjawab: “Cari di rerumputan yang cekung ke dalam.” Dan ada yang menjawab: “Cari di rumput yang paling tinggi. Pelatih memberikan jawaban yang paling tepat: “Setapak demi setapak cari dari ujung rumput sebelah sini hingga ke rumput sebelah sana . Ternyata jalan menuju keberhasilan sangat gampang, cukup melakukan segala sesuatunya setahap demi setahap secara berurutan, jangan meloncat-loncat.
Katak yang tinggal di sawah berkata kepada katak yang tinggal di pinggir jalan: “Tempatmu terlalu berbahaya, tinggallah denganku.” Katak di pinggir jalan menjawab: “Aku sudah terbiasa, malas untuk pindah.” Beberapa hari kemudian katak “sawah” menjenguk katak “pinggir jalan” dan menemukan bahwa si katak sudah mati dilindas mobil yang lewat. Ternyata sangat mudah menggenggam nasib kita sendiri, cukup hindari kemalasan saja.
Ada segerombolan orang yang berjalan di padang pasir, semua berjalan dengan berat, sangat menderita, hanya satu orang yang berjalan dengan gembira. Ada yang bertanya: “Mengapa engkau begitu santai?” Dia menjawab sambil tertawa: “Karena barang bawaan saya sedikit.” Ternyata sangat mudah untuk memperoleh kegembiraan, cukup tidak serakah dan memiliki secukupnya saja

readmore »»  

kerikil tajam

            Dua orang karyawan bergegas menuju sebuah rumah makan ditepi jalan, sekitar 200 meter dari kantor tempat mereka bekerja. Mereka sangat kelaparan setelah bekerja keras hamper seharian. Namun sayangnya, jalanan menuju rumah makan itu kurang bagus; berdebu, banyak kerikil, bahkan ada batu besar.
            “jangan terburu-buru, nanti jatuh,” ujar karyawan yang satu mengingatkan temannya. Yang diingatkan mengangguk-angguk, malah dia berhenti dan lantas memunguti kerikil-kerikil ke tepi jalan. Tentu saja, temannya menjadi heran.
            “lho, kenapa kamu lakukan itu?” Tanya temannya.
            “iya. Kerikil-kerikil inilah yang bisa membuat orang terjatuh. Jadi, harus disingkirkan kepinggiran jalan, sedangkan batu besar itu jelas kelihatan sehingga sangat mudah dihindari,” jelasnya.
            Manusia memang kerap kali lebih mampu mengatasi persoalan besar dalam kehidupannya. Namun, mudah celaka jika menganggap remeh masalah kecil yang sesungguhnya lebih berbahaya dan dapat mencelakakan dirinya.
readmore »»  

bangun pagi

            Boleh jadi, banyak orang kesulitan dan merasa tersiksa jika harus bangun pagi. Malas, berat, masih ngantuk, dan cenderung menarik kembali selimut untuk tidur lagi. Namun, orang-orang muslim telah terbiasa bangun pagi karena kewajiban menunaikan sholat subuh. Barangkali, sesekali saja bangun pagi telat.
            Padahal tidak ada ruginya bangun pagi. Mengapa? Karena ada banyak rahasia kehidupan dibalik kebiasaan bangun pagi. Kita akan mengawali hari dengan udara segar, berembun, disertai kicau burung. Ini menyehatkan tubuh, hati dan pikiran. Karena bangun pagi pulalah orang-orang yang bekerja, berdagang, berusaha dapat menyiapkan diri dengan matang guna mencari rejeki. Ya, banyak rezeki di pagi hari, sehingga orang yang bangun kesiangan sering disindir dengan ungkapan, “wah, rezekinya sudah dipatok ayam!” sebab ayam pun terbiasa bangun pagi.
            Artinya, kebiasaan bangun pagi itu membuka peluang bagi banyak kesuksesan hidup. Seorang lelaki pernah berkata, “jika saya harus memilih bangun pagi selagi ngantuk atau bangun siang segingga tidur lebih panjang, maka saya memilih bangun pagi. Saya dapat mengurus kebun kacang dan menjadi presiden !”
            Ya, lelaki tersebut adalah jimmy carter, presiden amerika serikat ke-39 yang juga pernah meraih nobel perdamaian. Ia sukses karena membiasakan diri untuk bangun pagi.
readmore »»  

rumput tetangga lebih hijau

            “rumput tetangga lebih hijau”, begitu bunyi sebuah ungkapan, dan sering dikutip orang tatkala ia melihat milik orang lain. Entah itu wajah, kemampuan, harta benda, dan berbagai kekayaan lainnya. Seolah miliknya kurang dan jelek ketimbang orang lain. Ia lebih tergoda untuk memuji apa yang orang lain punya, bukan miliknya sendiri. Akhirnya ia menjadi iri, dengki, dan tersiksa.
            Itulah salah satu factor yang kadang membuat hidup kita tidak bahagia. Sebab, kita selalu melihat sekaligus menginginkan apa yang orang lain punya. Padahal, apa yang kita miliki barangkali sudah cukup, dan jika disyukuri akan membuat kita merasa bahagia. Kita menjadi bahagia karena bersyukur bahwa kita memiliki sebuah mobil tua, sedangkan tetangga kita memiliki sebuah sepeda motor. Dan kita harus bersyukur jika kita hanya memiliki sepeda motor dan melihat tetangga kita yang harus berjalan kaki. Jika kita menjadi bahagia karena bersyukur bahwa kita mempunyai tubuh yang sehat, sedangkan orang lain banyak yang terbaring dirumah sakit. Dan seterusnya.
            Jadi, ungkapan “rumput tetangga lebih hijau” bisa meracuni pikiran dan mental kita, karena kita selalu memikirkan apa yang orang lain punya, apa yang belum kita miliki, dan belum bisa mensyukuri apa yang kita punya.
readmore »»  

pengunjung